MUTIAH DISABILITAS PEJUANG DAN PAHLAWAN KELUARGA
Oleh : Dediyanto, S.Pt, M.AP (Anggota DPRD Kota Bengkulu.
Bengkulu, InfoPublik – Bagiku, Mutia adalah Kartiniku tahun ini, ini penilaian emotional pribadiku, tidak bermaksud mematahkan penilaian bagaimana penilaian masing-masing terhadap Kartini dihati setiap orang, semua bebas memilih Kartininya masing masing hari Ini.
Mutiah (Sang Pengendara Kursi Roda) bersama suaminya Udin (Pendorong Kursi Roda) adalah sepasang sejoli karunia Allah SWT yang ia hadirkan sebagai penyejuk mata fisik dan mata batinku dan mata batin kita semua hari ini.
Mutiah yang ‘DISABILITAS’ ini telah mengajarkanku bagaimana sabar, tulus, ikhlas dan syukur atas karunia yang hanya terjangkau baginya dari kursi roda yang mungkin tafsir mata zohir setiap orang bahwa ekspektasi hidupnya sudah pasti tidak sejauh orang normal yang ingin jadi dan miliki ini itu secara berlebihan.
Mutiah yakin bahwa kekuatan doa ialah kekuatan yang ia miliki, cukup dengan berdoa agar Allah berikan keberanian diri untuk berani telfon atau whatsapp (WA)Pak Walikota Helmi Hasan, Pak Wawali Dedy Wahyudi dan Pak Dediyanto selaku anggota DPRD Kota Bengkulu, yang selanjutnya diterima teknis oleh Pak Yusliadi sebagai staf UPZ BAZNAS Kota Bengkulu, selanjutnya dikomunikasikan kepada banyak pihak untuk gotong royong menuntaskan permasalahan sosial yang dihadapi Mutiah.
Akhirnya pihak Kemenag Kota dihubungi untuk menuntaskan buku nikahnya hingga berlanjut ke pengadilan agama untuk sidang isbat nikah, sebagai bekal terbit buku nikah yang selanjutnya diantarkan ke kantor dukcapil untuk dapat diterbitkan Kartu Keluarga, KTP dan akta lahir anaknya Farel (8 bulan) yang hampir saja dinasabkan ke Ibunya kalau sampai buku nikah belum keluar, pun demikian peran serta pak Lurah Panorama dan Pak Camat Singgaran Pati yang bersedia mengeluarkan surat keterangan domisi dan tidak mampu untuk dijadikan bekal administrasi mengurus BPJS ke dinas kesehatan yang di komandoi Ibu kepala dinas kesehatan, hingga akhirnya seluruh paket perbendaharaan administrasi yang diperlukannya sebagai bekal kewarganegaraan selesai semua dengan baik.
Terlihat betul bahwa Mutiah sangat yakin betul kalau Allah Itu tuhan pencipta yang maha pemurah yang telah menitipkan amanah jabatan pada mereka mereka yang berjabatan.
Mutiah tidak pernah menyerah dan merendahkan diri dengan apapun keterbatasannya walau hanya di kursi roda, karena ia yakin selain Allah dan suaminya yang tulus mencintainya ternyata pemimpin mereka juga jauh mencintai mereka. (**).